Rabu, 10 Desember 2014

PANCASILA SEBAGAI SUATU FILSAFAH

1.                  Pengertian Filsafat
Berdasarkan tata bahasa, kata filsafat berasal dari bahasa Yunani , falsafah yang terdiri atas “philein” (artinya cinta) dan “sophos” yang artinya hikmah, kebijaksanaan atau wisdom . Secara harfiah “filsafat” bermakna cinta kebijaksanaan, memiliki arti kebenaran yang sesungguhnya , dan berhubungan dengan hasrat ingin tahu terhadap hal-hal yang benar . Dalam arti praktis , filsafat mengandung makna alam berpikir , sedangkan berfilsafat adalah berpikir secara mendalam atau radikal . Radikal berasal dari kata “radix” yg artinya akar sehingga berpikir secara radikal berarti berpikir sampai kepada akar-akarnya dan sungguh –sungguh kepada hakikat sesuatu . [1]
Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia akan ditinjau melalui arti , objek , dan tujuan pada filsafat umum dan selanjutnya bidang falsafah hidup bangsa indonesia. Pada dasarnya filsafat pertama kali lahir di yunani , selanjutnya lahir filsafat abad pertengahan , dan seterusnya . Namun tak ada salahnya sebagai pembuka , dicoba menyebutkan kapan lahirnya filsafat maupun asal usul filsafat yang dipetik dari buku beberapa pakar penulisnya , diantaranya sebagai berikut ..
Prof . Dr . Achmad Tafsir dalam bukunya (2004) , edisi revisi filsafat umum akal dan hati sejak thales sampai capra , dalam Bab I , hal 1 , di jelaskan bahwa orang yang mula mula menggunakan akal secara serius adalah orang yunani bernama Thales ( kira-kira tahun 624-546 SM ) . Orang inilah yg digelari bapak filsafat . Gelar itu diberikan kepadanya karena ia mengajukan pertanyaan yg aneh, yaitu apakah sebenarnya bahan alam semesta ini ? ia sendiri menjawab air . Setelah silih berganti filsuf yang sezamannya dan sesudahnya mengajukan pertanyaan.
Kemudian Dr.Peter Soedoyo B.Sc , dalam bukunya (2004) Pengantar Sejarah dan Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam , mengemukakan dalam Bab I, hal 45. “Ilmu Pengetahuan Murni” , yakni yang berkembang atas dasar kegairahan ingin tahu semata mata, baru lahir dan berkembang dalam peradaban Yunani kuno antara 600 tahun sebelum masehi sampai sekitar 100 sesudah masehi . Adalah bangsa Yunani yang meletakan dasar dasar ilmu filsafat yg melandasi peradaban umat manusia sampai sekarang . Thales bersama Anaximander dan Anaximenes adalah filsuf pertama yang mula-mula membahas hakikat keberadaan segala sesuatu dan asal-usul alam dalam kebendaan serta proses perubahan alam kebendaan .
Filsafat lahir pertama kali di Yunani dan tokoh utama dalam filsafat adalah seorang filsuf Yunani bernama Thales , selanjutnya diikuti silih berganti oleh tokoh tokoh lain yg sering kita kenal, seperti Plato, Aristoteles , Socrates , Cicero , dan dilanjutkan oleh Descartes , dan Immanuel Kant . [2]
2.                  Sistematika filsafat
Filsafat mempunyai sistematik yang amat luas yang meliputi tiga hal utama, yaitu ontologi, epistemologi, dan axiologi.
A.    Bidang ontologi adalah bidang filsafat yang menyelidiki hakikat dari realita yang ada. Paham-paham seperti Idealisme, spiritualisme, materialisme, pluralisme, merupakan asumsi-asumsi dasar antologik yang akan menentukan apa hakikat kebenaran atau kenyataan sebagaimana dicapai melalui pengetahuan .
B.     Bidang epistemologi adalah suatu bidang filsafat yang membahas sumber, batas, proses hakikat, dan validasi pengetahuan. Epistemologi meliputi berbagai sarana dan tata cara menggunakan saranadan sumber pengetahuan untuk mencapai keberhasilan atau kenyataan rasionalisme, kritisme, fenomenologi, dan positivisme.
C.     Bidang aksiologi adalah bidang filsafta yang menyelidiki nilai terutama meliputi nilai nilai normatif [3]

3.                  CABANG – CABANG FILSAFAT
Yang dimaksud dengan cabang adalah bagian yang termasuk dalam ilmu filsafat dan memiliki konsep dasar filsafat tersendiri, yaitu
A.       Metafisika, cabang filsafat yang membahas dan melukiskan hal-hal yang bereksistensi dibalik fisis, yang meliputi bidang-bidang onologi, kosmologi, dan antropologi secara keseluruhan;
B.       Epistomologi, cabang filsafat yang berkaitan dengan permasalahan hakikat dari pada ilmu pengetahuan;
C.       Metodologi adalah filsafat yang membahas persoalan hakikat metode atau metodologi dalam ilmu pengetahuan;
D.       Logika, cabang filsafat yang berkaitan tentang persoalan cara berpikir / filsafat berpikir, tentang rumus / dalil dan penalaran tentang hal yang benar dan tidak benar, yang baik dan yang buruk;
E.        Estetika, cabang filsafat yang berkaitan dengan permasalahan pemecahan konsep-konsep yang mengandung nilai keindahan dalam hal-hal yang bersifat estetika;
F.        Etika, cabang filsafat yang berkaitan dengan moralitas, juga tingkah laku manusia / tindakan tindakan manusia.[4]




A.    Kesimpulan
Dari makalah ini saya dapat menarik kesimpulan bahwa filsafat mempunyai peranan penting bagi proses proses kehidupan berbangsa dan bernegara. . Filsafat dalam pancasila adalah hasil dari pemikiran dari bangsa indonesia yang dianggap mempunyai norma - norma dan nilai – nilai yang benar dan bijaksana bagi kepentingan bangsa indonesia. Mengingat filsafat adalah suatu hasil budaya manusia yang secara kodrati dibekali oleh Tuhan Yang Maha Esa kemampuan rohani berupa akal sehat, rasa, dan karsa sehingga filsafat adalah hasil dari kebulatan akal sehat, rasa, dan karsa menjadi kebudayaan yang sifatnya non materil setiap manusia memiliki sifat keterbatasan serta kesadaran dalam hal berfilsafat. Disitulah manusia mulai berpikir bahwa diluar dirinya yang serba terbatas pasti ada sesuatu yang tidak terbatas.


B.     Saran
Saran yang dapat saya berikan adalah kita sebagai warga Negara Indonesia harus wajib menjunjung tinggi nilai-nilai pancasila sebagai dasar filsafat di Indonesia . Sebab tanpa adanya suatu filsafat pada sebuah negara , tidak akan ada sebuah kebenaran yang ditegakkan dalam negara itu sendiri , yang mengakibatkan tidak adanya nilai-nilai dan norma norma yang berlaku di negara itu sendiri

DAFTAR PUSTAKA

Pandji setijo . 2006 . pendidikan pancasila . jakarta : PT.grasindo



[1] Setijo Pandji, Pendidikan Pancasila, Pancasila Sebagai Filsafat, Jakarta, 2006, hlm 75

[2]  Setijo Pandji, Pendidikan Pancasila, Pancasila Sebagai Filsafat, Jakarta, 2006, hlm 73

[3] Ibid., hlm.75

[4] Setijo Pandji, Pendidikan Pancasila, Pancasila Sebagai Filsafat, Jakarta, 2006, hlm 76



Tidak ada komentar:

Posting Komentar